Table of Contents
Apa Itu Batu Split?
Batu split atau yang sering disebut sebagai batu agregat merupakan sekumpulan material seperti pasir, kerikil, batu pecah, arang batu, dan tanah liat yang telah mengeras digunakan pada pondasi bangunan sebagai rangka dan komponen pengisi pada campuran beton dan adukan sebagai pengikat antar komponen.
Untuk pencampuran beton, maka ukuran material batu split yang digunakan umumnya berukuran 0.05 mm – 150 mm. Penyesuaian ukuran material batu split yang digunakan ditentukan berdasarkan karakteristik campuran beton yang diinginkan.
Untuk memperoleh material batu split, terdapat dua cara yang dapat digunakan. Cara pertama dengan cara mendapatkannya langsung dari sungai. Sedangkan untuk cara kedua maka material batu split dapat dibuat dengan cara memecahkan batu-batuan yang ada pada stone crusher plant sebagai tambang batu split dengan menggunakan mesin stone crusher.
Batu split adalah sekumpulan material seperti pasir, kerikil, batu pecah, arang batu, dan tanah liat yang digunakan sebagai komponen pengisi pada campuran dan adukan beton yang berfungsi sebagai pengikat antar komponen.
Campuran batu split tersebut akan memberikan volume, stabilitas, dan daya tahan campuran agar tahan lama, dan berbagai macam jenis sifat yang diinginkan oleh pencampuran adonan. Campuran batu split ini biasanya merupakan 60% – 75% dari volume total beton.
Menggunakan batu split sebagai campuran beton memberikan keuntungan sebagai berikut:
1. Perusahaan dapat menghemat penggunaan semen Portland dalam pencampuran beton.
2. Campuran agregat memberikan kekuatan yang besar pada campuran beton.
3. Campuran agregat dapat menahan proses terjadinya penyusutan ketika proses pengerasan beton.
4. Dengan campuran berbagai jenis agregat yang tepat maka perusahaan dapat memperoleh hasil campuran beton yang padat.
2 Jenis Batu Split Berdasarkan Karakteristiknya
Untuk jenis material yang digunakan sebagai campuran biasanya jenis batu split yang digunakan adalah batu split alami seperti jenis kerikil (coarse aggregate), pasir kasar (coarse sand), pasir halus (fine sand).
1. Kerikil (Coarse Aggregate)
Coarse aggregate atau yang biasanya disebutkan sebagai kerikil oleh orang-orang pada umumnya merupakan jenis batu split yang merupakan hasil dari proses yang dilakukan di tambang batu split untuk penambangan batu.
Proses penambangan batu yang biasanya dilakukan oleh perusahaan yang bergerak di industri pertambangan akan memecahkan batu yang ada pada gunung-gunung dengan mesin mesin stone crusher.
Hasil batu-batuan yang dihasilkan dari mesin stone crusher tersebut kemudian akan dipindahkan dengan menggunakan belt conveyor tambang untuk ditumpuk sebelum akhirnya akan diantar ke tempat yang dituju.
Hasil ukuran dari mesin stone crusher berbeda-beda, tergantung jenis mesin stone crusher yang digunakan dan ukuran wiremesh screen ayakan batu yang digunakan pada mesin vibrating screen.
Setiap line pada stone crusher plant akan menghasilkan ukuran yang berbeda-beda tergantung apakah hanya sebatas primary atau hingga secondary atau bahkan tersiary.
Batu Kerikil Coarse Aggregate
Dengan berbagai faktor yang mempengaruhi ukuran dari kerikil yang dihasilkan, perusahaan yang melakukan penambangan kerikil biasanya akan mendapatkan hasil kerikil yang berukuran antara 4.50 mm – 150 mm. Ada beberapa kriteria agar hasil pertambangan dapat disebut sebagai kerikil:
1. Kerikil merupakan material yang keras tanpa pori. Jika batu kerikil bentuknya pipih maka batu kerikil hanya dapat digunakan jika batu kerikil yang bentuknya pipih tidak melebihi 20% dari total berat batu kerikil.
2. Batu kerikil tidak boleh mengandung lumpur. Jika batu kerikil mengandung lumpur maka batas maksimal yang diperbolehkan hanya 1% dari total berat batu kerikil. Untuk mengatasi masalah batu kerikil yang mengandung lumpur maka batu kerikil dapat dicuci untuk mengurangi jumlah lumpur.
3. Batu kerikil tidak mengandung zat yang bersifat alkali. Karena jika batu kerikil mengandung zat yang bersifat alkali maka zat tersebut dapat merusak beton untuk kedepannya.
4. Batu kerikil dapat dihasilkan dari batu pecah dari proses pemecahan batu gunung untuk memperoleh kerikil.
5. Batu kerikil harus lolos dari proses pengujian Rudeloff yang menggunakan pengujian dengan beban hingga 20 ton.
6. Batu kerikil memiliki kadar bagian yang lemah dengan maksimal kadar yang lemah sebesar 5% ketika dilakukan pengetesan menggunakan goresan batang tembaga.
7. Batu kerikil memiliki angka kehalusan (fineness modulus) sebesar 6 – 7.5.
Dari beberapa kriteria batu kerikil di atas, umumnya jenis batu kerikil yang biasanya ada berupa:
1. Batu pecah alami, merupakan batu kerikil yang diperoleh dengan cara memecahkan batu gunung menggunakan mesin stone crusher.
2. Kerikil alami, merupakan jenis kerikil yang biasanya merupakan jenis batu yang dihasilkan oleh proses alami seperti pengikisan tepi maupun karena aliran sungai yang mengalir.
3. Batu split kasar buatan, jenis batu kerikil ini biasanya merupakan slag atau shale yang umumnya digunakan untuk membentuk beton yang memiliki bobot yang ringan.
4. Batu kerikil untuk pelindung nuklir dengan bobot yang berat, batu kerikil yang biasanya termasuk dalam jenis ini adalah baja pecah, barit, magnetit, dan limonit.
2. Batu Split Halus (Fine Aggregate)
Batu split halus atau yang seringkali disebut sebagai pasir alam merupakan bahan untuk campuran beton yang dihasilkan dari proses alami yang dialami oleh batu-batuan atau merupakan batu gunung yang dihancurkan menggunakan mesin stone crusher hingga diperoleh pasir alam.
Seperti halnya faktor yang mempengaruhi batu kerikil, maka faktor tersebut juga akan mempengaruhi ukuran dari fine aggregate.
Perusahaan yang melakukan penambangan untuk batu split dalam menghasilkan fine aggregate biasanya akan memproduksi fine aggregate dengan ukuran 0.06 mm – 4.75 mm.
Batu Split Halus Fine Aggregate
Hasil penambangan fine aggregate tadi biasanya terdiri dari kerikil dan pasir halus.
Penggunaan baja halus dan serbuk besi pecah sebagai fine aggregate terkadang juga digunakan jika beton tersebut digunakan untuk menahan radiasi. Ada beberapa kriteria hasil pertambangan dapat disebut sebagai fine aggregate:
1. Fine aggregate memiliki bentuk yang tajam, keras, dan tidak mudah hancur karena adanya perubahan cuaca dan temperatur, seperti terus menerus terkena hujan, panas matahari, dan lain-lain.
2. Fine aggregate tidak boleh mengandung lumpur. Jika fine aggregate mengandung lumpur maka batas maksimal yang diperbolehkan hanya 5% dari total berat fine aggregate. Untuk mengatasi masalah fine aggregate yang mengandung lumpur maka fine aggregate dapat dicuci untuk mengurangi jumlah lumpur.
3. Fine aggregate tidak mengandung zat yang masih hidup berupa bahan organik yang terlalu. Untuk memastikan adanya zat yang masih hidup maka dilakukan pengetesan warna dari ABRAMS-HARDER dengan larutan NaOH 3%.
4. Fine aggregate memiliki angka kehalusan (fineness modulus) sebesar 2.2 – 3.2 untuk jenis pasir halus.
5. Fine aggregate memiliki angka kehalusan (fineness modulus) sebesar 3.2 – 4.5 untuk jenis pasir kasar.
6. Batu split halus (fine aggregate) memiliki berbagai macam ukuran.
9 Macam Jenis Batu Split Berdasarkan Ukurannya
Setiap karakteristik dari jenis batu split yang ada memiliki karakteristik dan fungsinya yang berbeda-beda. Begitu pula dengan ukuran dari batu split yang memiliki fungsi yang berbeda-beda berdasarkan ukuran dari batu split tersebut.
Setiap batu split yang telah dihancurkan menggunakan mesin stone crusher maka batu split tersebut akan dikelompokkan dan disortir dengan menggunakan wiremesh screen ayakan batu sesuai dengan ukurannya. Jenis-jenis batu split berdasarkan ukurannya sebagai berikut:
1. Batu Split Ukuran 0.0 mm – 5.0 mm (Abu Batu)
Jenis batu split yang memiliki ukuran sebesar 0.0 mm – 5.0 mm seringkali disebut sebagai abu batu, jenis ini termasuk dalam agregat halus karena sifatnya yang sangat lembut dan ukurannya yang mirip dengan pasir lembut.
Abu Batu
Batu split dengan ukuran 0.0 mm – 5.0 mm umumnya digunakan untuk proses penggabungan dalam melakukan proses pengaspalan dan juga bisa digunakan sebagai pengganti pasir.
Batu split jenis ini merupakan bahan utama dalam proses pembuatan campuran beton untuk gorong-gorong dan batako press.
2. Batu Split Ukuran 5.0 mm – 10.0 mm (Batu Split 3/8 cm)
Batu Split 3/8
Jenis batu split dengan ukuran 5.0 mm – 10.0 mm seringkali disebut sebagai batu split dengan ukuran 3/8 cm. Batu split dengan ukuran 5.0 mm – 10.0 mm umumnya digunakan dalam campuran untuk melakukan proses pengaspalan jalan. Campuran aspal tersebut akan menjadi aspal mixed plant atau aspal hot mixed.
3. Batu Split Ukuran 10.0 mm – 20.0 mm (BatuSplit 1/2 cm)
Jenis batu split dengan ukuran 10.0 mm – 20.0 mm merupakan jenis batu split yang digunakan untuk campuran dalam membuat berbagai jenis konstruksi. Batu split jenis ini seringkali disebut sebagai batu split dengan ukuran 1/2 cm.
Batu Split 1/2
Jenis konstruksi yang menggunakan batu split ukuran ini biasanya untuk campuran dalam membuat jalan tol, landasan pesawat udara, pelabuhan dermaga, jembatan, dan lain-lain.
4. Batu Split Ukuran 20.0 – 30.0 mm (Batu Split 2/3 cm)
Batu Split 2/3
Jenis batu dengan ukuran 20.0 mm – 30.0 mm merupakan jenis batu split yang seringkali digunakan dalam campuran beton untuk melakukan proses pengecoran lantai dan pengecoran atau pembetonan hal datar lainnya. Batu split jenis ini seringkali disebut sebagai batu split dengan ukuran 2/3 cm.
5. Batu Split Ukuran 30.0 mm – 50.0 mm (Batu Split 3/5 cm)
Jenis batu split dengan ukuran 30.0 mm – 50.0 mm termasuk dalam kategori batu split yang memiliki ukuran yang besar. Batu split jenis ini seringkali disebut sebagai batu split dengan ukuran 3/5 mm.
Batu Split 3/5
Batu split ukuran 30.0 mm – 50.0 mm umumnya digunakan sebagai campuran untuk pembuatan dasar jalan. Beberapa contoh dari penggunaan batu split ukuran 30.0 mm – 50.0 mm jenis ini adalah digunakan sebagai bantalan kereta api, pemberat pipa dasar laut, dan campuran untuk membuat beton untuk pemecah ombak.
6. Batu Split Agregat C (Batu Alas)
Batu alas merupakan nama lain dari batu split agregat C yang terdiri dari beberapa bahan. Bahan-bahan pembentuk yang membentuk batu split agregat C seperti abu pasir, tanah, dan berbagai ukuran batu split dengan komposisi yang berbeda-beda. Batu split agregat C banyak digunakan sebagai campuran beton untuk pengurugan lahan, reklamasi, dan lain-lain.
7. Batu Split Agregat B (Batu Sirtu B)
Batu sirtu jenis B merupakan nama lain dari batu split agregat B. Campuran yang ada pada batu split agregat B terdiri dari pasir dan batu dengan pasir yang memiliki ukuran 10.0 mm – 20.0 mm, sedangkan untuk ukuran batu yaitu sebesar 20.0 mm – 30.0mm dan 30.0 mm – 50.0 mm.
omposisi campuran yang digunakan untuk campuran beton akan dicocokkan berdasarkan karakteristik beton yang diinginkan nantinya. Batu split agregat B banyak digunakan untuk material awal pada proyek pengerasan jalan.
9 Macam Jenis Batu Split Berdasarkan Ukurannya
8. Batu Split Agregat A (Batu Sirtu A)
Batu sirtu jenis A atau yang sering disebut batu split agregat A merupakan campuran batu yang terdiri dari pasir dan batu. Ukuran pasir pada campuran batu split agregat A sebesar 10.0 mm – 20.0 mm, sedangkan untuk ukuran batu yaitu sebesar 20.0 mm – 30.0 mm dan 30.0 mm – 50.0 mm.
Komposisi campuran yang digunakan untuk campuran beton akan dicocokkan berdasarkan karakteristik beton yang diinginkan nantinya. Batu split agregat A banyak digunakan untuk material awal pada proyek pengecoran dinding dan campuran beton cor.
9. Batu Gajah
Ukuran paling besar dari batu split adalah jenis batu gajah. Batu gajah memiliki ukuran yang paling besar dibandingkan dengan ukuran batu split tipe lainnya. Campuran yang menggunakan batu split jenis batu gajah biasanya untuk pembuatan bahan beton pemecah ombak, reklamasi pantai, dan pembuatan dermaga kecil sebagai pondasi bangunannya.
Apakah Jenis Dan Ukuran Batu Split Penting?
Pemilihan jenis dan ukuran batu split yang digunakan untuk melakukan campuran beton sangatlah penting karena campuran dari jenis dan ukuran yang berbeda-beda akan menghasilkan karakteristik beton yang berbeda-beda.
Batu split dengan tekstur yang kasar, kaku, dan memanjang akan memerlukan lebih banyak air dalam proses pencampuran beton dibandingkan dengan batu split dengan tekstur yang halus, bulat, dan padat.
Dari berbagai jenis dan ukuran batu split yang ada, maka kita harus memperhatikan rasio antara semen dan air yang digunakan untuk melakukan pencampuran beton. Umumnya batu split dengan tekstur yang kasar, kaku, dan memanjang akan dihindari agar tidak digunakan, namun jika pada akhirnya digunakan maka hanya dibatasi hingga 15% dari total berat campuran batu split.
Perhitungan berat campuran batu split akan menentukan volume dari batu split dan celah yang dapat terbentuk pada campuran beton yang akan dibuat. Perhitungan celah yang ada pada campuran beton akan memberitahukan kita berapa banyak semen yang diperlukan pada proses pencampuran beton.
Batu split dengan tekstur yang kasar, kaku, dan memanjang akan meningkatkan celah yang ada pada campuran beton, sedangkan untuk batu split dengan ukuran yang lebih besar dengan kualitas yang lebih bagus dapat mengurangi kemungkinan banyaknya celah yang akan dihasilkan dari pencampuran beton.
Daya serap dan kelembaban pada campuran beton akan diperhitungkan ketika memilih jenis batu split yang akan digunakan dalam campuran beton karena struktur dari campuran beton terdiri dari material padat seperti batu split dan celah yang mungkin dapat terisi air ataupun tidak.
Jumlah air yang digunakan untuk membuat campuran beton harus disesuaikan dengan kondisi kelembaban dari campuran beton yang akan dibuat. Karakteristik beton seperti tahan selip dan abrasi sangat penting ketika campuran beton tersebut akan digunakan untuk menahan beban yang berat seperti jalan yang akan dilewati kendaraan-kendaraan berat.
Jenis dan ukuran dari batu split yang digunakan pada campuran beton akan menurun fungsinya selama berjalannya waktu dalam waktu yang berbeda-beda, tergantung jenis dan ukuran batu split. Batu split yang lebih keras dapat dipilih untuk campuran beton yang akan digunakan pada kondisi yang kasar agar tidak cepat rusak.
Kesimpulan
Batu split atau batu agregat yang seringkali digunakan pada campuran beton memiliki karakteristik yang berbeda-beda, tergantung dari jenis dan ukurannya. Jenis dan ukuran yang berbeda-beda ditentukan dari asal tambang batu split berada dan jenis mesin stone crusher yang digunakan perusahaan untuk menghancurkan batu split.
Setiap jenis dan ukuran dari batu split memiliki fungsi masing-masing. Dengan menggunakan batu split pada campuran beton maka hasil akhir dari beton tersebut akan lebih kokoh dan tahan lama. Oleh sebab itu sangat penting bagi kita untuk menentukan jenis dan ukuran batu split yang akan digunakan dalam membuat campuran beton.