Mengenal Batubara Secara Mendalam

Kita semua telah mengetahui bahwa batubara merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam kehidupan kita. Walaupun begitu informasi yang kita ketahui mengenai batubara terkadang masih kurang.

Dengan mengetahui hal-hal mengenai batubara maka tentu saja hal itu dapat menguntungkan kita. Lantas apa saja hal-hal yang perlu kita ketahui mengenai batubara?

Apa Itu Batubara?

Batubara merupakan batuan yang berwarna coklat tua hingga hitam yang mudah terbakar, dan umumnya terbentuk dari senyawa karbon organik. Batubara terbentuk dari tanaman yang telah mengalami proses penguburan selama jutaan tahun.

Proses pembentukan batubara yang memerlukan waktu lama tersebut akan menghasilkan sebuah lapisan yang berasal dari tanaman yang telah terkubur selama jutaan tahun. Lapisan tersebut akan membentuk endapan batubara.

Proses pengerasan tanaman yang telah terkubur terjadi ketika tanaman tersebut benar-benar berada di posisi yang tidak memungkinkan udara untuk masuk. Tanaman yang terkubur tersebut kemudian akan mengalami proses penekanan dari daya tekan bumi dan menerima panas bumi yang berasal dari bagian dalam bumi.

Batubara merupakan senyawa organik yang terbentuk dari tanaman yang telah mengalami penguburan selama jutaan tahun, sehingga membentuk endapan batubara akibat perubahan struktur kimia pada tumbuhan.

“Suhu yang tinggi dengan daya tekan yang kuat dari bumi menyebabkan terjadinya perubahan struktur kimia pada tumbuhan sehingga merubah tumbuhan menjadi batubara”

Dengan kondisi yang seperti itu maka terjadilah proses pembentukan batubara, proses pembusukan yang terganggu membuat energi yang telah disimpan oleh tanaman tidak dapat dilepaskan. Energi yang terkunci tersebut berubah menjadi batubara.

Proses pembentukan dari yang awalnya tanaman menjadi batubara disebut dengan coalification. Coalification memiliki hubungan yang sangat penting dalam proses pembentukan karakteristik dan struktur kimia yang ada pada batubara. Coalification akan menentukan jenis batubara tersebut akan termasuk dalam jenis batubara yang mana.

Bagaimana Sejarah Batubara?

Batubara telah digunakan manusia dari sebelum mengenal listrik hingga saat ini ketika batubara merupakan salah satu material yang sangat penting untuk menopang kehidupan manusia. Berikut merupakan alur sejarah batubara dari awal hingga saat ini:

  • 315 SM : Bangsa Yunani menggunakan smithery dengan bahan bakar batubara sebagai sumber panasnya. Hal ini ditunjukkan dari literatur yang ditemukan pada literatur Yunani.
  • 3 – 6 M : Asal mula kata “coal” pertama kali ditemukan pada literatur Cina ketika zaman 3 Kerajaan.
  • 9 M : Batubara pertama kalinya ditemukan di Benua Eropa, yaitu di negara Inggris dan Jerman.
  • 12 M : Penambangan batubara mulai dilakukan untuk menyuplai bahan bakar domestik pada zaman kerajaan Dinasti Sung Cina.
  • 13 M : Penambangan batubara mulai dilakukan dan diizinkan di Newcastle, Inggris ketika Henry III memimpin. Penambangan batubara dilakukan secara komersial dan digunakan.
  • 1735 : Penambangan batubara mulai dilakukan dengan tidak menggunakan melainkan menggunakan alat-alat besi.
  • 1769 : Mulainya revolusi industri yang ditandai dengan terciptanya mesin uap oleh James Watt dari Inggris menyebabkan permintaan batubara meningkat untuk menghasilkan gas batubara.
  • 1807 : Inggris pertama kalinya menggunakan gas batubara untuk menyalakan lampu gas.
  • 1856 : Hasil gas batubara yang berupa tar dan amonia mulai dapat dikumpulkan.
  • 1858 : Tar yang merupakan hasil gas batubara digunakan sebagai bahan bakar sinetis oleh Barkin.
  • 1906 : Amonia yang dihasilkan mulai digunakan secara industri dengan metode sintesis oleh Fritz Haber.
  • 1913 : Batubara dapat digunakan untuk menciptakan minyak buatan dengan cara menambahkan batubara hidrogen cair oleh Bergius.
  • 1923 : Gasifikasi batubara dilakukan untuk mensintesis metana dengan karbon monoksida dan hidrogen.
  • 1926 : Minyak yang disintesis dengan karbon monoksida dan hidrogen menghasilkan sintesis Fischer-Tropsch.
Timeline Sejarah Batubara

Timeline Sejarah Batubara

Jenis-Jenis Batubara Berdasarkan Kalori

Jenis batubara ditentukan berdasarkan tingkatan dari batubara yang terbentuk. Proses perubahan batubara dari satu tingkatan ke tingkatan lainnya faktor utamanya antara lain panas dan daya tekan dari bumi sehingga dari proses coalification

Proses tersebut akan mengeluarkan kelembaban, carbon dioxide, dan metahana selama proses coalification terjadi. Jenis batubara umumnya antara lain peat, lignite, bituminous, dan anthracite.

Peat

Peat merupakan tahap pertama kali terbentuknya batubara. Komponen dari peat 60% terbentuk dari bahan-bahan organik. Umumnya peat berasal dari tanaman pakis dan tumbuhan-tumbuhan yang berada rawa-rawa. Warna dari peat biasanya adalah warna coklat muda.

Karena posisinya yang seringkali berada di lingkungan dengan kadar air yang sangat banyak maka peat biasanya mengandung banyak air. Hal ini menyebabkan kemampuan peat dalam menghantarkan panas menjadi terbatas. 

Peat

Peat

Peat merupakan jenis batubara yang memiliki kalori yang rendah. Nilai kalori dari peat umumnya hanya mencapai 2.600 kcal/kg.

Selama berjalannya waktu, peat yang melakukan proses coalification kemudian akan menjadi lebih matang sehingga peat akan memasuki tingkatan batubara selanjutnya.

Lignite

Tahapan kedua dari pembentukan batubara dari yang sebelumnya peat disebut menjadi lignite. Kandungan air yang terdapat di tahapan lignite masih tinggi yaitu sekitar 40% – 50% sehingga kemampuannya dalam menghantarkan panas juga masih terbatas, walaupun lebih baik jika dibandingkan dengan yang jenis peat.

Warna batu dari lignite umumnya hampir menyerupai dengan peat, yaitu berwarna coklat gelap dengan tekstur yang keras dan ukuran yang cukup besar. Kadar karbon dari lignite berkisar 60% – 70%.

Lignite

Lignite

Jenis lignite termasuk ke dalam batubara yang memiliki kalori rendah karena nilai kalori dari lignite umumnya berkisar 4.000 kcal/kg.

Sama seperti peat, lignite yang berada di dalam tanah secara berjalannya waktu akan mengalami proses coalification sehingga dapat mengubah lingnite menjadi tahap selanjutnya yaitu sub – bituminous.

Sub – Bituminous

Batubara jenis sub – bituminous merupakan batubara yang berada di antara perubahan dari batubara jenis lignite menjadi batubara jenis bituminous. Kandungan air yang ada pada tahap ini sudah jauh berkurang menjadi sekitar hanya 10% – 25% sehingga kemampuannya dalam menghantarkan panas sudah baik.

Warna dari batubara jenis ini berwarna hitam dan mengkilap dengan tekstur yang keras namun rapuh. Sub – bituminous memiliki kadar karbon sebesar 42% – 52%.

Sub – bituminous termasuk ke dalam batubara yang memiliki kalori sedang. Kadar kalori dari sub – bituminous sekitar 4.000 kcal/kg hingga 5.800 kcal/kg.

Sub-Bituminous

Sub-Bituminous

Walaupun kadar kalori pada sub – bituminous lebih rendah dari pada bituminous namun kadar sulfur yang ada pada sub – bituminous lebih rendah. Umumnya kadar sulfurnya lebih kecil daripada 1%.

Karena sub – bituminous memiliki kadar kalori yang lebih rendah daripada kalori pada jenis bituminous maka pembakaran menggunakan sub – bituminous memerlukan jumlah yang lebih banyak agar dapat menghasilkan energi yang mendekati ketika menggunakan bituminous.

Saat ini semakin banyak pembangkit listrik tenaga uap yang mulai beralih dari yang awalnya menggunakan batubara jenis bituminous menjadi batubara jenis sub – bituminous dan lignite yang memiliki kadar sulfur lebih rendah karena efeknya terhadap lingkungan.

Bituminous

Batubara jenis bituminous merupakan tahap perpindahan antara batubara jenis sub – bituminous dengan batubara jenis anthracite. Kandungan air yang ada pada batubara jenis bituminous 8% – 10% sehingga kemampuan batubara jenis ini dalam menghantarkan panas sudah termasuk sangat baik.

Bituminous

Bituminous

Warna batubara bituminous hampir mirip dengan warna pada batubara jenis sub – bituminous yang berwarna gelap dan mengkilap. Kadar karbon batubara bituminous termasuk besar yaitu berkisar 60% – 80%.

Bituminous termasuk jenis batubara yang memiliki kadar kalori tinggi. Kadar kalori pada batubara jenis bituminous berkisar antara 5.800 kcal/kg hingga 8.000 kcal/kg.

Anthracite

Batubara jenis anthracite merupakan batubara yang dianggap memiliki kualitas terbaik dalam jenis-jenis batubara. Tidak seperti batubara jenis lainnya, batubara jenis anthracite memiliki kandungan air yang sangat rendah sehingga kemampuan batubara jenis ini dalam menghantarkan panas sangat baik.

Warna dari anthracite sangat gelap hingga keabu-abuan seperti warna abu baja karena karakter batunya yang mengkilap. Kadar karbon anthracite sangat besar, biasanya kadar karbonnya lebih dari 86%.

Anthracite memiliki kadar kalori paling tinggi dibandingkan dengan jenis-jenis batubara lainnya. Kadar kalori pada batubara jenis anthracite berkisar antara 7.800 kcal/kg hingga 7.800 kcal/kg sehingga batubara jenis ini termasuk ke dalam batubara jenis kalori sangat tinggi.

Anthracite

Anthracite

Batubara jenis anthracite sangat susah ditemukan karena jumlahnya yang paling sedikit dibandingkan dengan batubara jenis lainnya. Karena kondisi lingkungan memiliki faktor yang sangat penting dalam pembentukan batubara, anthracite jarang ditemukan di daerah Indonesia.

Anthracite dapat dipoles hingga mengkilap sehingga seringkali anthracite digunakan sebagai tujuan untuk dekorasi. Tidak seperti batubara jenis lainnya, anthracite tidak akan membuat tangan kita kotor ketika disentuh.

Walaupun anthracite susah untuk dinyalakan, namun ketika terbakar warna api dari anthracite berwarna biru dan kita tidak perlu melakukan perhatian secara khusus ketika berusaha untuk menjaga agar proses pembakaran tetap berjalan.

Saat ini anthracite sangat jarang digunakan karena jumlahnya yang sangat terbatas dan juga biaya yang dibutuhkan sangat tinggi untuk menggunakan batubara jenis anthracite.

Fakor-Faktor Seperti Apa Yang Mempengaruhi Batubara?

Proses pembentukan batubara yang berasal dari tanaman yang mati tidak hanya dari satu faktor yang berupa lama waktu tanaman tersebut berada di dalam tanah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya batubara:

Tumbuhan

Sebagai bahan utama terbentuknya batubara maka tumbuhan tentu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya batubara. Setiap tumbuhan memiliki zona di mana mereka cocok untuk tumbuh.

Setelah sekian lama tumbuhan berkumpul di suatu lokasi dengan kondisi iklim dan lokasi tertentu akhirnya tumbuhan tersebut akan mati dan mengumpul. Tumbuhan-tumbuhan merupakan faktor terbentuknya tipe-tipe batubara.

Iklim

Seperti tumbuhan, iklim merupakan faktor yang penting karena menentukan jenis tumbuhan yang bisa tumbuh di suatu daerah. Iklim dari satu lokasi dengan lokasi lainnya bervariasi tergantung dari banyak hal seperti salah satunya ketinggian daerah tersebut.

Setiap daerah akan memiliki iklim yang berbeda-beda dan juga tergantung dari lempeng tektonik daerah tersebut. Dengan kondisi yang lembab seperti misalnya negara tropis Indonesia dan sub tropis biasanya tumbuhan lebih banyak daripada dengan daerah dengan iklim yang dingin.

Suhu dan Tekanan

Proses coalification yang terjadi pada gambut membuat tekstur dapat berubah dari yang awalnya gambut menjadi sebuah batubara. Proses coalification dapat terjadi karena adanya faktor seperti suhu dan tekanan terhadap proses perubahan batubara.

Umur Geologi

Semakin lama proses coalification terbentuk maka umur dari batu-batuan tersebut akan semakin tua dan posisinya menjadi semakin dalam. Umumnya semakin tua umur geologi batubara maka kualitas batubara yang diperoleh juga semakin berkualitas tinggi.

Dekomposisi

Proses degradasi biokimia yang terjadi pada tumbuhan yang telah mati akan menjadi lebih aktif. Proses dekomposisi yang menyebabkan terjadinya pembusukan oleh bakteri anaerob akan mengurai bagian-bagian yang lunak pada tumbuhan.

Pada kondisi yang tidak terdapat udara sama sekali maka proses pembusukan yang terjadi pada tumbuhan menyebabkan air keluar. Akibat dari proses ini adalah batubara mengalami pelepasan unsur sehingga jumlah unsur karbon akan bertambah.

Struktur Cekungan Batubara

Bentuk-bentuk pada batubara yang berbeda-beda berasal dari deformasi yang disebabkan oleh lempeng tektonik pada cekungan terbentuknya batubara. Selain itu erosi dapat juga menyebabkan bentuk dari lapisan batubara berbeda-beda.

Metamorfosa Organik

Setiap batubara yang telah terbentuk nantinya akan tertimbun dengan pengendapan yang baru. Ketika batubara telah berada di tingkat ini maka proses dekomposisi secara degradasi biokimia tidak akan terjadi lagi.

Sebagai pengganti dari proses dekomposisi secara degradasi biokimia maka batubara akan menjalani proses dinamokimia. Proses dinamokimia yang terjadi menyebabkan gambut dapat berubah menjadi jenis-jenis yang berbeda-beda.

Ketika proses dinamokimia terjadi maka komponen-komponen seperti air, oksigen, karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), metana (CH4) serta gas-gas lainnya akan berkurang. Namun disisi lain komponen-komponen seperti karbon, belerang, dan kandungan akan meningkat.

Posisi Lempeng Tektonik

Batubara yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh posisi lempeng tektonik tempat batubara tersebut berada. Hal ini disebabkan karena gaya-gaya lempeng tektonik nantinya akan mempengaruhi posisi lempeng tektonik batubara tersebut berada.

Seperti yang sudah kita ketahui posisi batubara sangat krusial karena faktor-faktor seperti iklim dengan suhu dan tekanan yang dialami oleh batubara ditentukan dari posisi batubara tersebut berada.

Penurunan

Gaya-gaya tektonik yang dialami oleh batubara menyebabkan cekungan batubara menjadi turun. Gambut akan berubah menjadi endapan batubara yang tebal jika proses penurunan dan pengendapan gambut seimbang.

Pertumbuhan tumbuhan dan proses pengendapan gambut yang dipengaruhi karena pergantian transgresi dan regresi akan menentukan kualitas dari batubara yang terbentuk karena adanya infiltrasi material dan mineral.

Periode Pengendapan

Perkembangan batubara dan cekungan batubara dipengaruhi oleh posisi batubara pada lempeng tektonik. Ketika gambut sudah dalam proses pengendapan maka pada saat itu juga terjadi proses geokimia dan metamorfosa organik.

Lamanya periode batubara dalam proses pengendapan akan mempengaruhi struktur dari batubara yang terbentuk seperti intrusi magmatik,  perlipatan, pensesaran, dan lainnya

Mengapa Penghitungan Kadar Air Pada Batubara Penting?

Kandungan kadar air (moisture content) pada industri batubara merupakan parameter yang sangat penting untuk menganalisa batubara yang telah ditambang. Penghitungan kadar air pada batubara diperlukan untuk menentukan nilai kalori batubara beserta cara penanganannya.

Nilai kadar air yang ditunjukkan merupakan kadar air yang dihitung ketika batubara yang di tes kehilangan beratnya ketika dites dalam kondisi tertentu, biasanya kita akan mengetesnya dengan cara memanaskan batubara pada oven bersuhu 104 hingga 110 derajat Celcius.

Tabel Perhitungan Kadar Air Batubara

Tabel Perhitungan Kadar Air Batubara

Walaupun kita bisanya menggunakan metode yang memperkirakan hilangnya kadar air sebagai laporan yang menunjukkan nilai dari kadar air pada batubara, sebenarnya terdapat beberapa metode lain yang bisa kita gunakan. Berikut merupakan beberapa metode untuk menghitung kadar air pada batubara:

As Received Moisture

Kadar air diperoleh dari sampel yang dikirim ke tempat pengetesan. Selain itu nilai dari metode ini merupakan nilai yang biasanya digunakan sebagai standar pencatatan dengan kode “ar” atau “AR”. Nilai “AR” setara dengan air dried moisture ditambahkan dengan residual moisture.

Air Dried Moisture

Batubara yang telah dikeringkan dengan cara pengeringan udara atau air drying akan menghasilkan nilai kadar air air dried moisture. Dengan metode pengeringan udara maka kadar air yang ada di permukaan batubara akan menghilang. Kode nilai penggunaan metode ini adalah “ad” atau “AD”.

Equilibrium Moisture

Nilai dari equilibrium moisture menunjukkan kadar air inherent moisture ketika batubara dalam kondisi basah atau ketika batubara dengan permukaan yang tampak basah. Nilainya sendiri hampir mirip dengan inherent moisture untuk kategori batubara jenis menengah dan tinggi, namun mungkin akan lebih rendah pada batubara jenis rendah.

Inherent Moisture

Inherent moisture akan menghitung kadar air secara struktur mikroskopik dari sebuah batubara, umumnya kadar air yang berada di antara mikroskopik sehingga tidak memperhitungkan kadar air pada permukaan batubara.

Kadar air pada inherent moisture kurang lebih hampir mirip dengan equilibrium moisture, kecuali untuk batubara jenis rendah.

Pore Moisture

Kadar air yang berada di pori-pori yang ada di dalam batubara, nilainya setara kurang lebih dengan nilai dari inherent moisture. Secara otomatis maka nilainya juga hampir serupa dengan equilibrium moisture, kecuali untuk batubara jenis rendah.

Residual Moisture

Kadar air yang tersisa pada batubara setelah proses pengeringan udara. Kode nilai dari penggunaan metode ini adalah “ad” atau “AD”.

Surface Moisture

Kadar air yang melekat di permukaan batubara. Nilai dari surface moisture merupakan bagian dari total kadar air pada batubara yang dikurangi dengan inherent moisture. Kode nilai metode ini adalah “ar” atau “AR”.

Total Moisture

Semua kandungan kadar air yang berada di dalam maupun di permukaan batubara yang dapat dihilangkan dengan memasukkan batubara ke dalam oven. Nilai dari total moisture setara dengan inherent moisture ditambahkan dengan surface moisture. Kode nilai metode ini adalah “ar” atau “AR”.

Kadar air yang ada pada batubara akan menyerap daya panas dari batubara, sehingga semakin tinggi nilai kadar air pada batubara makan efisiensi batubara tersebut dalam menghantarkan panas akan semakin rendah.

Hal inilah yang menjelaskan mengapa batubara dengan jenis rendah yang memiliki kadar air yang tinggi akan memiliki nilai kalori yang lebih rendah dibandingkan dengan batubara jenis tinggi yang memiliki kadar air rendah.

Kadar air pada batubara akan menambahkan total berat pada batubara dan akan mempengaruhi cara kita untuk melakukan proses pembakaran ketika menggunakan batubara jenis rendah.

Selain itu kadar air tinggi pada batubara dapat menyebabkan permasalahan pada mesin yang menggunakan batubara dalam lingkungan yang dingin karena kadar air tersebut dapat membeku.

Kadar air pada batubara membantu kita untuk menentukan jenis batubara yang telah ditambang, apakah batubara tersebut merupakan batubara jenis rendah atau lebih tinggi.

Apa Saja Kegunaan Batubara?

Sebagian besar kebutuhan listrik yang ada di dunia ini menggunakan batubara sebagai bahan baku mereka untuk membuat listrik yang dilakukan di tempat-tempat pembangkit listrik.

Walaupun kita seringkali mendengar batubara digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik, namun sebenarnya batubara juga digunakan pada industri produksi besi. Jenis batubara yang digunakan sendiri tentunya berbeda antara batubara yang digunakan untuk memproduksi tenaga listrik dengan batubara yang digunakan untuk produksi besi.

Batubara yang digunakan untuk memproduksi listrik merupakan batubara dengan jenis thermal coal. Sedangkan untuk batubara yang digunakan untuk produksi besi merupakan batubara jenis metallurgical coal.

Sebagian besar batubara yang ada di Indonesia merupakan batubara dengan jenis thermal coal. Thermal coal jumlah lebih banyak, dengan kadar karbon yang lebih rendah dan memiliki tingkat kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan metallurgical coal.

Berikut merupakan penjelasan mengenai kegunaan dari batubara jenis thermal coal dan metallurgical coal:

Thermal Coal

Sebagian besar batubara yang digunakan di dunia ini digunakan untuk memanfaatkan energi yang terkandung di dalam batubara tersebut dengan kadar karbon yang berbeda-beda.

Thermal Coal

Thermal Coal

Batubara yang digunakan energinya tersebut sering kali disebut sebagai thermal coal atau steam coals karena fungsinya yang digunakan untuk menghasilkan panas dan menghasilkan uap sehingga nantinya dapat menggerakkan turbin pada pembangkit listrik tenaga uap.

Metallurgical Coal

Metallurgical coal atau yang seringkali disebut sebagai coking coal digunakan untuk memproduksi coke. Coke merupakan material utama penghasil karbon yang diperlukan ketika kita ingin mengolah besi.

Metallurgical Coal

Metallurgical Coal

Apa yang membedakan antara thermal coal dengan metallurgical coal adalah kandungan karbon dan kemampuannya dalam berubah menjadi coke tadi.

Karena kita memerlukan kadar karbon yang tinggi maka biasanya kita akan menggunakan batubara jenis bituminous. Batubara dengan karakteristik keras dan hitam yang mengandung kadar karbon lebih banyak dengan kandungan air yang lebih rendah.

Apa Saja Istilah Yang Sering Digunakan Pada Industri batubara?

Dalam dunia pertambangan batubara, terdapat beberapa istilah yang seringkali digunakan. Beberapa istilah proses pada industri pertambangan batubara dapat kita lihat di bawah ini:

Overburden

Untuk menjalankan proses pertambangan batubara, beberapa proses perlu dilakukan terlebih dahulu. Salah satu proses yang perlu diperhatikan adalah dengan tidak meninggalkan aspek lingkungan sehingga setelah kegiatan pertambangan telah selesai maka lingkungan dapat dikembalikan ke posisi semula.

Proses ini tentu perlu pengawasan yang ketat dari pihak pemerintah untuk menjamin kegiatan ini dapat terus berjalan. Kegiatan overburden terdiri dari beberapa proses, diantaranya:

Land Clearing

Tahap pembersihan area atau land clearing merupakan tahapan tambahan. Tujuan dari kegiatan ini agar kegiatan operasional pertambangan nantinya dapat berjalan dengan lancar.

Pada tahap ini pembentukan jalur-jalur jalan akan mulai dibangun agar akses transportasi dapat berjalan dengan lancar. Tentu saja kita memerlukan berbagai jenis alat berat agar kegiatan ini dapat berjalan.

Overburden Removal

Kegiatan overburden merupakan kegiatan yang harus dilakukan dalam melakukan kegiatan pertambangan, terutama pada kegiatan pertambangan yang dilakukan di tempat terbuka atau open pit mining.

Kegiatan overburden ditentukan berdasarkan target produksi yang telah ditentukan. Semakin baik desain overburden maka kegiatan produksi dapat menjadi lebih baik.

Untuk mencapai target tersebut maka kita perlu menggunakan beberapa metode dan alat-alat berat untuk menjalankan kegiatan overburden.

Top Soil

Top soil merupakan lapisan tanah yang berada di bagian paling atas atau paling luar. Tanah-tanah yang kita lihat biasanya merupakan tanah topsoil. Tanah top soil merupakan lapisan tanah yang paling subur dengan ketebalan tanah sekitar 30 cm dengan warna coklat kehitaman dan gembur.

Warna coklat kehitaman dari tanah tersebut merupakan pengaruh humus yang berasal dari pencampuran antara hewan dan tumbuhan yang telah mati dan membusuk. Biasanya organisme-organisme tanah berada di bagian lapisan tanah top soil.

Sub Soil

Lapisan yang berada di bawah top soil disebut sebagai sub soil. Lapisan sub soil itu berada tepat di bawah top soil sehingga sub soil memiliki tekstur tanah yang padat dengan warna kemerahan dan terang dengan ketebalan kurang sekitar 50 cm.

Sub soil merupakan unsur hara yang lebih sedikit dibandingkan dengan top soil. Hal ini menyebabkan sub soil menjadi kurang subur. Kegiatan organisme pada lapisan ini mulai berkurang dan juga tidak banyak akar tanaman yang mampu mencapai tanah bagian ini, hanya tanaman-tanaman yang berakar tunggang saja.

Inter Burden

Ketika kita mulai melakukan proses penggalian untuk menjalankan proses penambangan batubara, seringkali kita akan menemukan lapisan tanah yang terletak di antara dua lapisan. Lapisan yang terletak di antara dua lapisan batubara atau bahan galiannya lainnya disebut dengan inter burden.

Loading

Setiap kegiatan pertambangan pasti akan melakukan pengerukan material tambang. Hasil dari material tambang tersebut kemudian akan kita muat. Kegiatan tersebut disebut dengan loading.

Loading Batubara

Loading Batubara

Kegiatan loading dilakukan dengan menggunakan berbagai macam alat berat yang biasanya digunakan pada industri pertambangan. Alat-alat pertambangan yang digunakan untuk melakukan kegiatan loading ini disebut dengan loader.

Hauling

Kegiatan hauling merupakan kegiatan pengangkutan yang dilakukan untuk memindahkan material seperti batubara atau hasil tambang lainnya dari satu titik ke titik lainnya.

Biasanya dalam kegiatan hauling kita akan menggunakan berbagai jenis alat berat sesuai dengan kegunaannya masing-masing. Salah satu dari alat berat yang digunakan alat belt conveyor tambang yang memang dikhususkan untuk kegiatan pertambangan.

Stockpiling

Stockpiling merupakan proses penumpukan material seperti batu-batuan hasil kegiatan pertambangan yang ditumpuk untuk nantinya dapat kita ambil untuk diolah lebih lanjut atau diperdagangkan dan dimanfaatkan sesuai dengan fungsi dari batu tambang tersebut.

Stockpiling Batubara

Stockpiling Batubara

Kegiatan stockpiling perlu dilakukan untuk menjamin tersedianya material ketika ingin dikirimkan jika suatu saat terjadi sebuah kejadian yang tidak diinginkan yang mengganggu kegiatan produksi pertambangan dalam jangka pendek.

Selain itu dengan melakukan kegiatan stockpiling kita dapat mengklasifikasikan hasil kegiatan tambang seperti batubara sesuai dengan jenis batubara tersebut agar nantinya tidak tercampur antara batubara jenis satu dengan jenis lainnya.

Disposal

Sama seperti stockpiling, kegiatan disposal merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melakukan penumpukan. Hanya saja pada kegiatan disposal material yang ditumpuk merupakan material tanah penutup.

Tanah pada area pertambangan memang perlu kita gali dan pindahkan agar nantinya kita dapat menambang batu-batuan yang berharga yang seringkali berada di bawah tanah.

Tepat disposal inilah yang kita gunakan sebagai tempat penumpukan tanah karena kadar material berharga yang ada pada tanah kadarnya rendah. Biasanya kita akan membuat disposal pada lubang-lubang yang merupakan bekas hasil kegiatan penambangan.

Stripping Ratio

Stripping ratio merupakan rasio yang sangat penting dalam kegiatan pertambangan. Hal ini disebabkan karena stripping ratio erat kaitannya dengan kemampuan perusahaan untuk menjaga tingkat produktivitas mereka.

Stripping ratio akan menunjukkan berapa banyak material limbah yang diperlukan untuk mendapatkan material batu berharga seperti batubara.

Sebagai gambaran sederhana stripping ratio dapat dihitung dengan membagi antara material limbah dengan batu berharga yang berhasil ditambang.

Contohnya seperti jika kita melakukan kegiatan pertambangan yang menghasilkan 100 ton material limbah dan 50 ton batu berharga maka stripping ratio yang dihasilkan adalah 2:1.

Artinya setiap 1 ton batu berharga yang dihasilkan maka kita perlu melakukan kegiatan penambangan sebanyak 3 ton tanah. Semakin kecil nilai dari stripping ratio maka semakin baik karena hal itu menunjukkan bahwa kita tidak perlu untuk melakukan penggalian yang banyak untuk mendapatkan 1 ton batu berharga.

Kenapa Kita Perlu Menggunakan Batubara?

Di zaman yang serba modern ini, sungguh tidak bisa dibayangkan bagi kita untuk hidup tanpa adanya listrik. Fungsinya yang serbaguna dan krusial seperti menyalakan lampu untuk penerangan dan tenaga untuk menjalankan sebagian besar peralatan yang kita gunakan baik di rumah maupun di tempat kerja kita.

Meningkatkan kemampuan kita untuk dapat menyebarkan energi listrik bagi seluruh dunia merupakan pekerjaan yang sangat penting dalam usaha kita untuk meringankan jarak pengetahuan antara teknologi yang ada di daerah yang jarang dialiri listrik dengan daerah seperti perkotaan yang dialiri listrik secara terus menerus.

Biaya Listrik Batubara

Biaya Listrik Batubara

Batubara memiliki peran yang sangat penting untuk memproduksi tenaga listrik. Pembangkit tenaga listrik tenaga uap yang menggunakan batubara saat ini menopang 38% seluruh tenaga listrik yang ada di dunia saat ini.

Bahkan di beberapa negara batubara merupakan komponen yang sangat penting bagi mereka dalam memproduksi tenaga listrik. Negara-negara yang berkembang seperti Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya sangat bergantung pada batubara karena biaya yang diperlukan lebih kecil dibandingkan ketika menggunakan sumber daya lainnya.

Batubara digunakan sebagai bahan bakar dalam proses produksi pada pembangkit listrik tenaga uap. Batubara yang dibakar akan menghasilkan uap panas yang nantinya dapat menggerakkan turbin sehingga pada akhirnya menghasilkan tenaga listrik.

Berapa Banyak Batubara Yang Indonesia Produksi?

Indonesia merupakan negara yang termasuk ke dalam anggota negara yang memproduksi dan mengekspor batubara terbesar di dunia. Indonesia pertama kalinya menjadi negara paling banyak melakukan ekspor batubara jenis thermal ketika pada tahun 2005 melampaui produksi Australia.

Indonesia mengekspor batubara jenis thermal paling banyak dari batubara dengan kadar kalori rendah (dibawah 5.100 kcal/kg) dan kadar kalori menengah  (antara 5.100 kcal/kg hingga 6100 kcal/kg) yang sebagian besar diekspor ke negara India dan Cina.

Kita sendiri mendengar bahwa cadangan Indonesia akan habis dalam waktu 83 tahun jika kegiatan produksi tetap berada pada tingkatan sekarang. Hal ini disampaikan dari informasi yang disampaikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia.

Indonesia saat ini menempati peringkat ke-9 dalam hal cadangan batubara global atau bisa dibilang bahwa Indonesia mewakili 2.2 persen dari total cadangan batubara global. Perhitungan batubara global tersebut didasarkan dari pernyataan BP Statistical Review of World Energy.

Seperti yang kita ketahui bahwa setiap negara memiliki tekstur tanah yang berbeda-beda sehingga menghasilkan jenis batubara yang berbeda-beda pula. Dari hal tersebut cadangan batubara yang ada di Indonesia saat ini sekitar 60 persennya merupakan batubara dengan kualitas batubara jenis sub – bituminous. 

Target Ekspor Batubara Indonesia

Target Ekspor Batubara Indonesia

Sub – bituminous termasuk ke dalam batubara yang memiliki kalori sedang. Kadar kalori dari sub – bituminous sekitar 4.000 kcal/kg hingga 5.800 kcal/kg.

Sebagian besar pulau yang ada di Indonesia memiliki cadangan batubara, baik itu batubara yang berasal dari Jawa, Sumatra, Kalimantan, Papua, dan Sulawesi. Walaupun begitu dari daerah-daerah tersebut terdapat daerah paling banyak penghasil batubara yaitu yang berasal dari Sumatra Selatan, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.

Perusahaan yang memproduksi batubara umumnya dibagi menjadi 2, yaitu perusahaan skala kecil dan juga perusahaan besar. Perusahaan negara (Badan Usaha Milik Negara) seperti PT Bukit Asam Tbk..

Sedangkan untuk pihak swasta dalam skala besar yang bermain dalam industri pertambangan adalah PT Adaro Energy Tbk., PT Bayan Resources Tbk., dan PT Indo Tambangraya Tbk..

Ketika kegiatan investasi pada industri tambang mulai dibuka pada tahun 1990an, terjadi peningkatan yang signifikan dalam hal produksi, ekspor, maupun penjualan batubara. Walaupun begitu tingkat penyerapan batubara yang digunakan di dalam negeri hanyalah sedikit dibandingkan dengan ekspor.

Persentase ekspor hasil penambangan batubara di Indonesia mencapai 70%- 80% dari keseluruhan batubara yang diproduksi, sedangkan sisanya digunakan di dalam negeri. Berikut merupakan tabel produksi, ekspor, konsumsi, dan harga batubara acuan (HBA).

Pada awal tahun 2000-an potensi keuntungan dari industri batubara ini sangat menggiurkan karena harganya yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan pada tahun 2000-an terjadi yang namanya “boom commodities” yang mana menyebabkan komoditas batubara harganya melonjak tinggi.

Banyak perusahaan yang masuk ke industri batubara untuk memperoleh keuntungan dari industri ini. Pada saat itu batubara yang sedang naik-naiknya sering kali disebut dengan “emas hitam” karena nilainya yang berharga seperti emas.

Bagaimana Cara Meningkatkan Efisiensi Batubara?

Batubara yang merupakan sumber utama dalam energi listrik Indonesia menyebabkan penggunaan batubara meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu kegiatan efisiensi perlu dilakukan agar kinerja operasional maupun finansial dapat selalu dijaga.

Mengembengkan pembangkit listrik tenaga uap  (PLTU) dengan konsep high efficiency, low emission (HELE) yang menggunakan batubara sebagai sumber utamanya merupakan langkah pertama menuju emisi minimum dari penggunaan batubara.

Teknologi untuk menerapkan HELE saat ini sudah tersedia dan jika benar-benar digunakan maka kita dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dari PLTU sebesar kurang lebih 20%.

Peningkatan efisiensi dalam PLTU dapat meningkatkan energi yang dapat dihasilkan dari batubara yang digunakan. Setiap peningkatan 1% efisiensi pada PLTU mampu mengurangi pencemaran udara sekitar 2% – 3%.

Sebagai tambahan dari keuntungan ketika kita menggunakan teknologi yang baru ini, kita dapat mengurangi kadar carbon dioxide (CO2), Nitrogen Oxides (NOx), Sulphur Dioxide (SO2), dan partikel-partikel hasil pembakaran.

Dengan mengimplementasikan teknologi ini maka kualitas udara dan kesehatan dari daerah tempat adanya PLTU dapat semakin meningkat.

Efisien yang saat ini sudah dilakukan adalah pada PLTU yang sudah sejak lama beroperasi di Indonesia. Beberapa PLTU yang telah beroperasi sejak lama di Indonesia antara lain PLTU Paiton 1 dan 2 yang telah beroperasi sejak tahun 1994 dengan kapasitas 400 Megawatt  (MW), PLTU Suralaya  (4 x 400 MW) sejak tahun 1984, dan PLTU Bukti Asam (2 x 65 MW) yang telah beroperasi sejak tahun 1987.

Hanya PLTU Paiton 1 dan 2 yang sudah berhasil untuk melakukan efisiensi. Efisiensi yang dilakukan oleh PLTU Paiton 1 dan 2 mampu mengubah kebutuhan PLTU Paiton 1 dan 2 dari yang awalnya membutuhkan batubara dengan kalori 6.000 kcal/kg – 5.300 kcal/kg menjadi batubara dengan kalori 4.500 kcal/kg.

Bagaimana Prospek Industri Batubara Kedepan?

Walaupun “boom commodities” yang terjadi pada awal tahun 2000-an telah selesai namun prospek industri batubara masih ada. Permintaan batubara untuk menghasilkan energi listrik besar masihlah besar.

Seperti yang kita ketahui untuk menghasilkan energi listrik kita dapat menggunakan berbagai macam komoditas seperti minyak, gas bumi, panas bumi, dan batubara sendiri. Walaupun begitu dalam hal murahnya proses produksi energi listrik tersebut batubara merupakan pilihan yang paling murah dalam hal memproduksi tenaga listrik.

Negara-negara Asia Tenggara yang saat ini masih dalam tahap berkembang sangat membutuhkan batubara untuk mengejar kebutuhan mereka dalam hal energi listrik. Tidak seperti negara-negara maju yang memiliki modal besar untuk menyediakan energi terbarukan, negara berkembang seperti Indonesia akan kesusahan jika mengikuti hal tersebut.

Namun dengan keadaan ekonomi global saat ini yang kurang baik arah harga batubara dalam jangka pendek ini menurut kami akan lebih dipengaruhi oleh mereka yang menggunakan batubara dalam jumlah besar seperti Cina yang kebijakannya batubaranya akan mempengaruhi harga dan permintaan akan batubara.

Dalam tahun-tahun kedepan, pemerintah Indonesia telah membuat sebuah kebijakan agar konsumsi batubara domestik meningkat untuk kedepannya. Harapannya pemerintah pada tahun-tahun kedepan batubara dapat digunakan untuk mensuplai 30% dari penggunaan energi nasional.

Kesimpulan

Kita telah melihat secara lengkap hal-hal yang berkaitan dengan batubara. Dari pengertian batubara itu sendiri hingga prospek batubara itu sendiri. Kehidupan kita dalam waktu dekat ini pasti susah untuk lepas dari yang namanya batubara ini.

Lihat saja dengan kegunaan batubara yang telah dijelaskan tadi, sungguh banyak sekali kegunaannya yang tidak hanya sebagai pembangkit listrik yang kita ketahui selama ini.

Namun kita perlu meyakini bahwa kedepannya penggunaan batubara kedepannya pastinya akan lebih efisien dibandingkan dengan saat ini. Semakin berkembangnya teknologi maka efisiensi dari penggunaan batubara dapat semakin meningkat sehingga emisi yang dikeluarkan dapat semakin kita tekan.

Leave a Comment